Mengenai Saya

Foto saya
simple girl, I nag, can not be silent. welcome to my world! where everything is posted, tracked and blogged. haters are not allowed. screw that, you're still welcome. i'm not a good blogger who always post in routine time.but i'm just a simple blogger who try to pour everything from my mind into the text,even sometimes it doesn't really important.

Minggu, 01 Mei 2011

What I learned from cartoons?

With Lilo and Stitch, I learned the value of family and friendship;

With Tinker Bell, I learned that it is never too late to correct an error,

With the Sleeping Beauty, I learned that when something has to happen it will happen, it may take a little time, but is it worth the wait,

With Shrek, I learned that you need not be perfect to have a happy ending

image

With Toy Story, I learned that no matter how much time passes, thefriendship is true, it will last forever

image

With SpongeBob I learned that if I believe, all my dreams can become reality,

image

In Monsters Inc., I learned that friendship can happen between the most distinct people,

image

With Beauty and the Beast, I learned that love has nothing to do withappearance but with what exists within your heart,

image

NO ONE IS TOO OLD FOR CARTOONS.

Kamis, 24 Maret 2011

kebersamaan dibulan FEBRUARI-MARET












---------------------------------------perang sapu---------------------------------------------




-----------------------------------DINNER BERSAMA------------------------------------





DAN ITULAH KEBERSAMAAN KITA YANG TEREKAM DI KAMERA.
KITA AKAN SELALU ADA, DAN BERSATU DISAAT SEDIH SUSAH DAN SENANG HAHA.

HIDUP SILLIT !!!!!!!!!!!!!!!!!

  • Sinda
  • Juan
  • Bayu
  • Oi
  • Kristian
  • Resdy

stop!

Exactly what I’m feeling right now. You are so dense. And everything’s so ironic that I can’t help but laugh.

Exactly what I’m feeling right now.


You are so dense. And everything’s so ironic .


24-3-2011

@SINDANOSA

WORD WE USE

BRB: I don’t want to talk to you.

LOL: I have nothing else to say.

LOUD SIGH: You are an idiot, so shut up.

NOTHING: There’s something you’d better figure out by yourself.

FINE: Let’s end the argument, I am right and you need to shut up.

FIVE MINUTES: Half an hour.

HAHA truetrue.

Senin, 14 Maret 2011

KETIKA SEBUAH PERMINTAAN MENJADI SEBUAH SEMANGAT YANG MENYAKITKAN

nama saya Amir Dzaki saya di lahirkan dari rahim ibu saya dengan selamat dengan panjang 49 cm, dan dengan berat 3kg di rumah sakit bersalin Bunda, Jakarta.
sejak kecil saya jarang bersama Ayah dan Ibu saya, ayah dan ibu jarang mempunyai waktu untuk saya, seorang bibi dirumah dipercayai ayah untuk merawatku, sampai pada saat ini saya sudah duduk di kelas 2 SMA, ayah dan ibu tetap tidak berubah, selalu sibuk dengan pekerjaannya, tidak pernah ada disaat aku ingin bercerita tentang perubahan ku sekarang, hingga akhirnya dulu saya adalah pengguna obat terlarang karna saya tidak kuat untuk mempendam nya sendiri, hingga akhirnya saya sempat di penjara anak-anak hanya 2 bulan, semua itu karna khilaf. sesampainya keluar dari penjara, saya sudah merasakan jatuh cinta kepada seorang gadis di sekolah saya. saya merasakan nyaman di dekat dia, sebut saja namanya Zahra. dia memberi perhatian yang lebih kepada saya, tidak seperti Ayah dan Ibu, yang jarang memberikan perhatian kepadaku, bahkan bisa saya hitung perhatian itu.

*suara mobil terdengar*

"Dzakii ayah dan ibu datang" suara ayah memanggilku
"iyaaa" lalu aku sempatkan keluar dari kamarku, memaksakan walau mata saya sudah tidak kuat untuk bangun.
ayah dan ibu selalu pulang malam disaat saya sudah terlelap daj letih. karna hari-hari saya suka menyibukkan diri dengan kegiatan yang saya sukai, saya sering bermain basket. saya sering melampiaskannya dengan bola.
"Ayah membawakan ini untukmu" ayah mengasih sebuah donat yang sangat saya sukai
"Terima Kasih Ayah..."
"ya anakku" lalu ayah pergi untuk mandi
"Ibuu... aku...."
"lanjutkan besok anakku, ibu capek" lalu ibu meninggalkanku sendiri di ruang tamu
aku menikmati donat itu sendiri, aku fikir akan terasa nikmat jika aku menikmatinya bersama ayah dan ibuku

aku langsung menuju kamarku dan mulai browsing. disaat aku bosan aku selalu memainkan benda matiku, dan aku membuat sebuah status di acc pribadiku, “Children will not remember you for the material things you provided but for the feeling that you cherished them.”





aku sempat memikir benar juga kata Zahra, setidaknya ayah dan ibuku ingat kepadaku, namun itu hanya kebahagiaan kecil, aku ingin bahagia. aku ingin orang tuaku selalu mempunyai waktu untukku..

"kriiiiiiiiiiing" suara alarm beker ku menyala, saatnya pergi ke sekolah,
"Dzaki sarapanmu sudah mama siapkan dimeja makan, mama dan papa berangkat" itulah suara ibuku yang terdengar sehabis aku selesai mandi.
sarapan ku hanya ditemani bibi dan bola basketku, aku pergi sekolah dengan mobil, ayah mengasih aku mobil untuk memperlancar perjalananku ke sekolah.

seperti biasa saya pulang sekolah jam 3. Ya, mungkin agak terdengar kurang biasa bagi teman-teman dekat saya karena setiap hari saya menyibukkan diri dengan kegiatan saya di sekolah (basket) . Saya langsung pergi ke tempat ibu saya bekerja, dan saya melihat beliau sangat sibuk sekali mengurusi pekerjaannya dibantu oleh ayah saya. Saya memutuskan untuk pulang ke rumah karena saya juga sudah sangat capek sepulang sekolah tadi.


Saya melewati jalan yang sama seperti jalan yang biasa saya lewati setiap hari. saat saya memasuki gang rumah saya, saya melihat seorang bapak dan anaknya yang notabene adalah tetangga saya dan tepat rumahnya disamping rumah saya sedang asyik bermain badminton berdua. saya sempat memandanginya dengan penuh keirian, saya sempat berfikir kenapa ayah saya tidak bisa seperti itu? mengapa ayah tidak punya waktu untukku? bagaimana mendapatkan perhatian dari ayah? bagaimana mendekatkan diri dengan ibu?

lagi-lagi aku memainkan alat elektronikku, aku lebih memilih bercerita dengan zahra karna dia yang aku percayai untuk tau cerita hidupku
aku mulai aktifkan YM ku dan menyapa Zahra


saya ga bisa membalas YM nya, Zahra benar, saya salah, saya tidak terlalu memikirkan ayah, saya yang terlalu mengecap ayah tidak mempunyai waktu untuk saya, padahal ayah selalu merasa ingin tau keadaan saya sekarang walaupun hanya komunikasi melalui handphone .
sempat aku berfikir bahwa zahra pernah berkata:
Anak-anak yang memiliki waktu tetap untuk berkomunikasi dengan ayahnya memiliki rating nilai 87 dari 100 untuk skala kebahagiaan. Sementara itu, anak-anak yang jarang berbicara dengan ayahnya menyatakan bahwa skala kebahagiaannya berada di level 79 secara rata-rata.

dan aku rasa omongannya benar karna sekarang aku merasakannya.

esok harinya aku pulang dari sekolah tidak seperti biasa aku pulang pada pukul 12.00am karna aku merasa lelah, dan disaat aku ingin memasuki gang rumahku, aku melihat banyak bendera kuning yang mengiasi sekitar rumah ku, aku menancap gas mobil secara perlahan, lalu mobilku tidak bisa melaju, karna banyak kursi yang berada didepan rumahku, sehingga aku memutuskan untuk parkir di 6rumah sebelum rumahku, aku mendekat, berjalan dengan cepat, sesampai di 2 sebelum rumah ku, aku menemukan sesosok jenazah pria sedang dimandikan, pikiran aku kacau, aku berfikir itu ayahku, aku berlari dan sambil berkata "Ayaaaaaaaaaaaaah"


semua orang melihatku, memperhatikan aku dan ketika aku melihat wajahnya




ternyata bukan ayahku,
"ayah disini nak" ternyata ayah ada disamping ku... aku memeluknya merasa sangat takut untuk kehilangannya..

Saya kaget ketika mengetahui bahwa yang meninggal adalah tetangga saya, tetangga yang kemarin baru saja terlihat bahagia bersama anaknya. Sebuah keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sangat bahagia dan sangat harmonis. Mungkin bukan canda tawa lagi yang dirasakan oleh tetangga saya seperti yang saya saksikan dari dia sebelumnya.

dan satu hal yang bisa saya petik adalah, Habiskan hari ini dengan melakukan kebaikan sebanyak mungkin kepada orang lain, karena kamu tak akan pernah tahu apa yang akan mendatangimu di keesokan hari.

esok harinya disekolah aku menceritakan apa yang terjadi kepada Zahra.

"Raaa"

"kenapa muka lo gelisah gitu"

"masih inget ga tetangga gua yang gua ceritain ke lo waktu itu?"

"yang buat lo iri itu?"

"iya begitulah.."

"kenapa memang??"

"dia meninggal kemarin siang"

"terus???"

"sayang aja karna keluarga mereka sangat harmonis, apa yang ada pada keluarga gua ? Ayah dan ibu gua sangat sibuk dengan pekerjaan mereka. Mereka berangkat jam 6 pagi dan pulang jam 10 malam. Sangat sedikit sekali waktu yang bisa kami habiskan sekeluarga bersama seperti tetangga gua itu bahakan tidak ada sama sekali"

"apa dia dari keluarga yang berkecukupan??"

"tidak Almarhum itu bekerja sebagai kuli bangunan"

"gua fikir lo harus berusaha menghilangkan pikiran lo tentang orangtua lo yang gak pernah memperhatikan keluarganya. gua pikir bahwa orangtua lo selalu bekerja untuk siapa kalau bukan untuk anaknya. Biarlah Almarhum menjadi ayah yang perhatian bagi anaknya, biarlah Almarhum memiliki banyak waktu dengan anaknya, karena mungkin hal itulah yang menurut Almarhum tersebut dapat membahagiakan anak beliau. Tapi lo ? lo harus bahagia dengan keadaan ini. lo harus bahagia dengan realita bahwa ayah dan ibu lo harus berangkat pagi dan pulang malam. lo harus bahagia dengan kenyataan bahwa orangtua lo jarang memiliki waktu dengan keluarga. lo harus bahagia dengan keluarga yang lo punya"

aku tersentuh ketika aku mendengarkan perkataan Zahra barusan,

aku berfikir aku tidak selalu bersyukur terhadap keadaan pada dalam diriku.

mungkin Zahra benar, ayah dan ibu selalu ingin membahagiakan diriku, mungkin dengan begitu caranya untuk memenuhi kebutuhan ku dan semua itu ayah dan ibu lakukan untukku.

"Raa lalu apa yang harus gua lakukan??''

"lo harus berubah, berpikirlah bahwa Kebahagiaan seseorang itu dapat diperoleh dengan cara dan jalan dari orang itu sendiri. Selama kita menikmati segala hal yang kita lakukan, kita pasti akan menemukan kebahagiaan didalamnya"

"tetapi bukan harta yang gua inginkan, gua hanya ingin pengertian"

"cobalah untuk bilang kepada ayah dan ibumu apa yang lo rasakan selama ini"

"gua malu"

"jika lo malu masih ada banyak cara ko untuk bilang"

"gimana??"

"lo bisa membuat surat untuk ayah dan ibu lo dan bilang apa yang lo rasakan saat ini"

"lo benar, lo memang teman yang baik"

lalu aku pulang, tak seperti biasanya, aku pulang cepat karna hanya untuk memulai menulis surat untuk ayah dan Ibu,


untuk orang tuaku tercinta...
mungkin ketika kau membaca surat ini, kalian akan menyadari semuanya..
dan aku sangat berharap seperti itu..

Ayah,
terima kasih telah mengakat aku dari kubangan lumpur, ke istana dongeng yang aku harapkan di masa kecil.
Hasil jerih payahmu telah mengubah motor butut ku menjadi sebuah mobil.
hasil jerih payahmu mengubah hape ku menjadi canggih sehingga aku bisa mengenal dunia maya, tak pernah terbayangkan oleh kebanyakan orang..
Tetapi bukan itu yang aku minta, dosakah aku jika meminta satu menit saja untuk mendengarkan aku dari sukarnya semua ini. Satu menit bukan waktu yang lama, kau masih mempunyai waktu 59 menit dari 1 menit yang aku minta.

Ayah tamparanmu ketika aku memakai benda haram itu, terasa sejuk dihatiku, berarti kau masih menayangiku, aku berubah hanya untuk dirimu ayah, aku tak menyentuh benda haram itu, tetapi.. kebanggaanku kembali sirna manakala kau kembali menyibukkan diri dengan bisnismu dan membuat ku terpuruk oleh benda haram ini..

Tahukah kau ketika ketidaksadaran ku memakai benda haram itu, aku menemukan masa indah ketika aku bersamamu dulu, Ingatkah kau ketika siang itu kau membawa ku ke toko mainan??
ayah aku merasa kehilangan perhatian darimu, sangaaaaaat..

Ibu....
betapa cantiknya engkau,
sehingga debu pun enggah berhinggap disana.
aku ingin kau tau jika aku memulai tumbuh perubahan, aku mulai jatuh cinta.
Ibu.. butuh bermenit-menit untuk aku mengetahui bagaimana caranya menghitung, berbisnis, belajar ekonomi seperti pembisnis seperti dirimu, aku ingin berbisnis seperti dirimu.
kenapa kau tak ada disaat aku butuh itu???
ibu jiwa lembutmu membuat orang nyaman berbisnis denganmu,
tapi kau lupa ibu, aku ada disini,
yang seharusnya lebih engkau perhatikan lebih dari mereka,
aku juga manusia bu, yang sama seperti orang-orang disana,
engkau begitu risaunya ketika tanaman mu lupa disiram oleh Bi Ijah. adakah kau risau ketika satu minggu aku tak disisimu??
Ibu aku juga manusia, aku anakmu, apakah tanaman dan bisnis mu lebih berharga ketimbang satu menit saja denganku??

dalam kumpulan benda laknat asap disini aku menemukan kedamaian, dalam suntikan terkutuk ini aku menemukan diri kalian dalam bentuk yang lain.. bentuk yang telah lama hilang, yang sangat aku dambakan..
Ayah, Ibu aku merindukan kalian,
apakah dosa jika aku hanya meminta waktu satu menit saja???

lalu aku menaro surat itu dikamar ayah dan ibu, tepat di meja kerjanya.
keesokan harinya saat aku bangun dari tempat tidur, ada sebuah surat disamping bantalku, aku membukanya dan mulai membacanya


Ketahuilah, ada luka dibalik semangat ayah untuk mewujudkan mau mu, ayah dan ibupasti menginkan yang terbaik untuk mu Dzaki, dan jika kamu tidak mempercayainya, ketahuilah ketika kita berada di posisi tetangga yang sehabis berduka, Jangan jadikan permintaan mu sebuah luka untuk ayah dan ibu atau membuat luka di dirimu sendiri, tapi jadikan luka atas permintaan yang belum kamu dapat sebagai semangat untuk memberikan yang lebih baik untuk mu.tidak ada yang terlambat Dzaki, maafkan ayah dan ibu yang telah melupakanmu.

Hiduplah seperti layaknya laki-laki! Lakukanlah kewajibanmu sepenuh hati, WE LOVE YOU DZAKI..
Ayah dan Ibu..

aku sempat mengeluarkan air mata membacanya, aku langsung menemui ayah dan ibuku yang sudah duduk di meja makan dan meminta maaf atas kesalahan ku.

"Ayah Ibu maafkan Dzaki... Dzaki sekarang tau ayah dan ibu berusaha memenuhi kebutuhan Dzaki untuk membahagiakan Dzaki walaupun bukan materi."

"Maafkan ayah dan ibu juga, sudah terlalu lama melupakanmu, tetapi ayah dan ibu berjanji untuk mengurangi kegiatan kerja ibu dan ayah untuk meluangkan waktu untukmu"

"terima kasih Ayah Ibu"


---------------------------------------------------------------------------

tamat ~

---------------------------------------------------------------------------


pesan yang dapat kita ambil:

Menjadi seorang anak terkadang memiliki banyak keinginan yang tidak pernah terpikir sebelumnya oleh orang tua kita, permintaan tersebut akan keluar dari mulut kita. Tahu kah kalian ketika permintaan itu kita lontarkan dan sulit untuk kita dapatkan orang yang pertama kali merasa tersakiti adalah seorang ayah?? Dan tahukah kalian mengapa saya memberi judul di tulisan ini “ Ketika sebuah permintaan menjadi sebuah semangat yang menyakitkan”, jawabannya hanya satu, karena saya baru benar-benar menyadari hal tersebut. cerita ini hanya Sedikit memberi gambaran dan membuka pikiran kita untuk lebih menyadari apa yang selama ini telah kita perbuat, ketika seorang ayah mendengar permintaan yang kita inginkan namun tidak dengan mudah untuk diwujudkan, sepanjang hari mungkin ayah anda akan terus memikirkannya, bahkan ketika ayah anda sedang bekerja sndiri, ada pikrin yang merasuk keubun-ubunnya, yang tidak lain adalah keinginan mu dan tidak jarang ayah mu meniktikan air matanya, sampai tiba satu semangat bahwa “ Iya saya harus bisa mewujudkan keinginan anak saya”, karena setiap orang tua pasti menginkan anaknya senang bagaimana pun itu. Semangat bekerja hanya untuk anak, dan ketika kewajiban atas pekerjaannya telah dibayar, dengan pemikiran untuk mengehemat, bahkan tak jarang bersebelahan pendapat dengan ibu anda, ayah anda tetap mempertahankan keinginan anda, sampai terwujudlah keinginan yang anda inginkan.
Saya bisa menulis ini, karena saya pernah tahu bagaimana permintaan itu justru mejadi hal yang sakit untuk ayah saya. Berbahagialah kalian yang bisa hidup tanpa harus bersusah, tapi tahukah di balik limpahan materi pasti ada kesakitan yang akan kalian, yakni betapa susahnya kalian mengenal ayah anda, dan betapa susahnya anda ketika dihadapi dengan hal yang susah yang tidak pernah kalian rasakan.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Kata Penulis:

Awalanya saya ingin membuatkan sebuah cerpen, tetapi setelah saya baca ulang ini menyangkut sebuah cerita yang saya kira sebuah derita dan sebuah cerita seseorang. semua terserah pembaca saya bagaimana menganggap postingan blog ini, apakah ini cerita atau cerpen. dan saya sangat membutuhkan saran bagi kalian yang sudah membacanya.

ucapan terima kasih ingin saya katakan secara tidak langsung kepada:
  1. Kevin B
  2. Pinno P
  3. Duta E yang meminta saya membuat cerpen sebuah penyimpangan keluarga (tp ini hanya sedikit sangkut pautnya dalam penyimpangan keluarga hehehe)
-------------------------------------------------------------------------------------------------
semoga postingan saya bermanfaat bagi anda semua yang telah membacanya. sampai jumpa di cerita selanjutnya ^^